Nyoman Parta Usul Ujian Sekolah-Sistem Ranking Diaktifkan Lagi

Nyoman Parta Usul Ujian – Akhir-akhir ini, wacana tentang kembalinya sistem ranking dalam ujian sekolah kembali mencuat setelah adanya usulan dari anggota DPR, Nyoman Parta. Dia mengusulkan agar sistem ranking yang sudah lama di tanggalkan dalam dunia pendidikan kita, di aktifkan kembali. Langkah ini menimbulkan banyak perdebatan, dan tak sedikit orang yang terkejut dengan ide tersebut.

Sistem ranking adalah metode yang selama ini di gunakan untuk menilai peringkat siswa berdasarkan nilai yang mereka peroleh dalam ujian atau tes. Sebelumnya, sistem ini sempat di hapuskan dengan alasan untuk mengurangi tekanan mental yang di alami siswa, serta mendorong kerjasama antar teman sebaya. Namun, mengapa Nyoman Parta kini mendorong agar sistem ini kembali di berlakukan?

Mengapa Harus Kembali ke Sistem Ranking?

Menurut Nyoman Parta, sistem ranking yang pernah di terapkan di Indonesia seharusnya di hidupkan kembali untuk meningkatkan daya saing siswa. Menurutnya, dengan adanya ranking, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar keras dan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Dia juga menganggap bahwa tanpa adanya sistem penilaian yang jelas seperti ini, prestasi siswa tidak akan mudah terukur.

Namun, apakah sistem ranking benar-benar solusi bagi masalah pendidikan kita? Nyoman Parta tampaknya lebih fokus pada pencapaian individu, sementara persoalan besar yang di hadapi pendidikan Indonesia adalah ketimpangan kualitas pendidikan antar daerah dan minimnya fasilitas yang mendukung proses belajar mengajar. Apakah kembali ke sistem ranking hanya akan memperburuk tekanan psikologis siswa?

Tekanan Mental dan Dilema Sosial

Tidak bisa di pungkiri, sistem ranking ini memang menambah beban mental yang berat bagi sebagian besar siswa. Mereka yang berada di posisi bawah seringkali merasa minder, tidak di hargai, dan bahkan merasa gagal dalam proses belajar mereka. Sedangkan, bagi yang berada di posisi atas, tentu ada tekanan untuk mempertahankan peringkat mereka https://bambuddhalife.com/.

Ternyata, bukan hanya siswa yang merasa tertekan, namun orang tua dan guru pun turut merasa beban berat. Orang tua seringkali memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak mereka agar selalu berada di peringkat terbaik, tanpa menyadari bahwa setiap individu memiliki cara belajar yang berbeda. Guru juga tidak lepas dari tekanan untuk menghasilkan murid-murid dengan nilai terbaik, yang tentu saja tidak selalu sejalan dengan perkembangan holistik siswa.

Solusi atau Kemunduran?

Kembalinya sistem ranking tentu perlu di pertimbangkan lebih matang. Tentu saja, ada sisi positif jika di terapkan secara bijak, seperti meningkatkan daya saing yang sehat antar siswa. Namun, kita juga harus jujur dan realistis, apakah sistem ini akan benar-benar membawa perubahan positif bagi kualitas pendidikan di Indonesia atau justru kembali membawa kita pada jurang permasalahan yang lebih dalam?

Baca juga artikel kami yang lainnya: Alasan Ratusan Siswa Lolos Masuk SMP di Buleleng Meski Tak Bisa Baca

Sebelum menyetujui ide ini, kita harus mempertanyakan kembali tujuan utama pendidikan. Apakah untuk menghasilkan individu-individu yang kompetitif atau untuk menciptakan manusia yang memiliki karakter, kecerdasan emosional, dan kemampuan sosial yang baik? Mengubah arah pendidikan tidak bisa semudah itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *